najichzone. Diberdayakan oleh Blogger.

Desa Cangaan Banjir Ikan

Kamis, 05 Januari 2012

CANGAAN NEWS, Desa Cangaan Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik, adalah desa yang terletak di antara Gunung, Hutan dan Laut, Sebelah Utaranya sekitar 700 m adalah Lautan dan sebelah Timur dan selatan adalah Gunung sedangkan sebelah Barat adalah Hutan Jati Nglarangan. di desa yang asri ini setiap tahunya atau lebih tepatnya pada musih Hujan, Sudah tradisi dari tahun ke tahun Di Sungai dan persawahan serta rawa yang dialiri oleh air yang mengalir dan bermuara menuju laut itu di banjiri oleh sejumlah ikan, bukan hanya ratusan ikan yang naik menuju sungai dan persawahan, tetepi ribuan ekor ikan, mulai dari ikan Keteng (julu), Lele, Kutok/brenjel ( ikan Gabus) Mujaher, Putian, Betik, sampai Wader kutes semuanya berenag menuju ke sungai-sungai dan sawah-sawah yang ada di desa Cangaan itu. warga desa cangaan pun berhamburan menuju kesawah-sawah dan rawa-rawa untuk mencari ikan (Nyulo) yang membanjiri area tersebut. baik malam, pagi siang dan sore warga desa tak kenal menyerah demi mencari ikan yang setiap tahunya seperti pesta ikan yang sudah mentradisi di desa tersebut.berbagi perlatan di bawa seperti, sabit ( gedik) Timba, Senter, jala, jaring serok dll.. ada juga yang tidak membawa apa-apa hanya berbekal keahlian menangkap ikan dengan tangan kosong. ada juga yang menggunakan Pancing dan jaring, setiap orang paling sedikit rata-rata mendapatkan ikan satu timba atau sekitar 50 ekor lebih, pada waktu awal serangan ikan naik pertama kali setelah hujan.
        Ikan-ikan yang datang membanjiri sawah dan rawa tersebut berasal dari laut sebelah utara desa Cangaan, mereka datang untuk bertelur, setelah bertelur meraka kembali lagi ke laut, akan tetapi tidak banyak yang bisa kembali lagi ke laut baik induk maupun anak dari telur yang telah menetas tadi, karena sebagian besar telah manjadi mangsa empuk oleh warga desa Cangaan untuk di makan dan di jadikan lauk nasi. ikan ikan musiman tersebut telah membawa berkah bagi warga desa sekitar, karena kebanyakan warga desa tidak membeli ikan lagi ke pasar, bahkan hasil dari 1 kali pancarian ( 1 kali Nyulo) dapat di jadikan persediaan lauk selama 3 hari. wow...!!!
             Warga desa cangaan sepatutnya bersyukur atas rezeki yang dantang tiap tahun itu, mereka telah mendapatkan jatah ikan tiap tahun, seperti halnya jatah daging Kurban Setiap hari Raya Idul Adhah.. hehehe...,,, tidak hanya itu, warga cangaan di harapkan tidak hanya mengkonsumsi ikan-ikat tersebut saja, tetapi bisa sampai megEkspor ke luar desa ataupun sampai keluar negeri terutama ke malaysia, dan ikan-ikan tersebut bisa di jadikan sebagai ikan ciri khas desa Cangaan. ( boleh juga tu...!!!) -red.


Penulis : Najich el Ulum ( warga Desa Cangaan sekaligus Pelaku dan Peserta Nyulo Ikan Keteng  / Julu)

H. Abdul Halim Cangaan, Tebang 3 Pohon Pisang Divonis 2 Bulan


Keadilan di negeri patut dipertanyakan dan hanya berani menjerat orang-orang kecil. Sebagian besar koruptor dibiarkan bebas berkeliaran, sementara Abdul Halim (60) warga Desa Cangaan, Kecamatan Ujungpangkah,
Kabupaten Gresik Senin (22/11/2010) dijatuhi hukuman dua bulan penjara hanya karena menebang tiga pohon pisang. Halim dinyatakan terbukti bersalah dan melanggar pasal 406 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana karena merusak dan menebang pohon pisang yang sebetulnya dia tanam sendiri. Sidang dipimpin Majelis Hakim Taswir, dengan anggota M Fatkan dan Mustajab.

Vonis majelis hakim lebih ringan satu bulan dibandingkan tuntutan jaksa penuntut umum Rahmat Wahyu dengan tiga bulan penjara. Terdakwa dianggap bersalah karena menebang pohon pisang dan tanaman pagar pembatas di lahan orang lain, Didik Handoko Sucahyo, di Desa Gosari, Kecamatan Ujungpangkah sehingga menimbulkan kerugian Rp 1,1 juta.

Halim menyatakan kecewa dengan putusan majelis hakim. Dia merasa menanam pisang di tanahnya sendiri yang berimpitan dengan milik Didik Handoko Sucahyo. Sebelumnya Halim juga pernah diperkarakan karena dianggap mendirikan kandang cikar di lahan milik Didik , di Desa Gosari Kecamatan Ujungpangkah. Halim lalu membongkar kandang cikar itu. Dia pun menebang pohon pisang yang dianggap mengganggu pembongkaran kandang cikar.

Dalam kasus kandang cikar itu Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gresik memvonis 15 hari penjara dengan masa percobaan 30 hari. Halim dianggap melanggar pasal 6 ayat (1) huruf a dan b Undang-undang RI Nomor 51/PrP/1960 tentang penguasaan tanah tanpa hak, karena telah membangun cikar di tanah milik Didik. Hukuman percobaan itu berakhir 15 Maret 2010.

Tiga hari kemudian atau 18 Maret 2010 dia dilaporkan Ubaidillah (39) warga Desa Wadeng, Kecamatan Sidayu yang menjadi staf PT Polowijo Gosari di Kecamatan Ujungpangkah terkait perusakan pagar pembatas dan tiga pohon pisang. Dalam kasus ini, Halim ditetapkan tersangka oleh Kepolisian Sektor Ujungpangkah pada 25 Maret 2010.

Halim divonis melanggar Pasal 406 ayat (1) KUHP tentang perusakan. Dalam sidang perdana di Pengadilan Negeri Gresik, 10 Agustus lalu, Jaksa Penuntut Umum, Rahmat Wahyu menyebutkan terdakwa menebang pohon pisang dan tanaman pagar pembatas di lahan orang la in di Desa Gosari, Kecamatan Ujungpangkah, sehingga menimbulkan kerugian Rp 1,1 juta. Perusakan tanaman pisang dan tanaman pagar pembatas di lahan Didik Handoko Sucahyo dilaporkan Ubaidillah yang mendapat kuasa dari Handoko
Menurut Halim, dia menebang pohon pisang yang ditanamnya sendiri.

Pria yang mengaku tidak pernah bersekolah dan tidak bisa baca tulis itu tidak habis pikir kenapa menebang pohon pisang yang ditanam sendiri di lahan sendiri dipersoalkan. Dia juga kecewa karena setelah ada pengukuran tiba-tiba tanah dipatok oleh Abdul Wahab tanpa memberitahunya lebih dulu. "Saya betul-betul tidak mengerti, kenapa pisang saya tanam sendiri, saya tebang sendiri, urusannya jadi panjang begini," keluhnya.

Halim menuturkan dirinyalah yang menanam pohon di Desa Gosari, Kecamatan Ujungpangkah. Pohon pisang itu dianggap menghalangi saat hendak membongkar kandang cikar. Pohon pisang itu juga tidak berada di tanah pelapor Didik Handoko Sucahyo yang menguasakan kepada Ubaidilah (39), warga Desa Wadeng, Kecamatan Sidayu.

Keponakan Halim, Irsyadul Alim menambahkan penebangan pohon pisang dilakukan pada awal Januari 2010. Ubaidilah baru melapor ke Polsek Ujungpangkah pada 18 Maret 2010 dengan nomor LP/09/III/2009/Polsek. Halim menerima panggilan dari Polsek Ujungpangkah ber nomor bernomor S-Pgl/16/III/2010/Reskrim bertanggal 25 Maret 2010. Dia diminta menemui Kanitreskrim Aiptu Moch Mustaji untuk didengar keterangannya sebagai tersangka kasus perusakan pagar pembatas dan pohon pisang sesuai dengan pasal 406 KUHP. Kasus Halim dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Gresik pada 17 Juni. Penyerahan tersangka dan barang bukti dilakukan Kanitreskrim Polsek Ujungpangkah Aiptu Mustaji diterima JPU Rahmat Wahyu.

http://regional.kompas.com/read/2010/11/22/15373440/

Bakso Internet Cak Mat Sukses di Malaysia

Kisah sedih perlakuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia dan Singapura sering terdengar, terutama mereka yang bekerja di sektor informal seperti pembantu rumah tangga dan pekerja perkebunan. Namun soal kisah sukses, ada baiknya melihat keberhasilan Muhammad Sukadi atau akrab dipanggil Cak Mat. Dengan bekal ilmu membuat bakso ditambah sedikit pengetahuan di bidang IT, warga Desa Cangaan Kecamatan Ujung Pangkah kini sukses meraup ringgit di negeri Malaysia.



BERJUALAN bakso di Malaysia sebenarnya bukan barang baru. Sebab, sebagian besar penjual daging bulat yang menjadi makanan khas Indonesia ini adalah TKI. Yang membedakan bakso Cak Mat dibanding bakso lainnya di negerinya Mahatir Mohammad adalah pelayanannya yang menggunakan teknologi informasi (IT).
Selain membuka depot di Klang Darul Eksan, Negara Bagian Selangor, Malaysia, Cak Mat melayani pembeli melalui pesanan layanan antar (delivery order). Tidak cukup telepon, Cak Mat ternyata melayani pemesanan melalui situs jejaring sosial facebook dan blog Bakso Jawa 1 Malaysia. Begitu pesanan masuk ke inbox facebook, Cak Mat segera membuatkan adonan bakso yang dikemas dalam wadah aluminium foil dan foam.
"Tiap porsi pesanan berisi baksi sebesar bola kasti, tahu isi daging, dan tulang sapi. Harganya perporsi sebesar 3,5 ringgit atau sekitar Rp 10 ribu (asumsi 1 ringgit Malaysia = Rp 2.800, Red) yang dibayar ketika pesanan sampai di pembeli," aku Cak Mat yang memulai berjualan bakso sejak 1998.
Pria berusia 48 tahun ini menjelaskan, saat ini sebagian besar pelanggannya adalah TKI yang bekerja di Malaysia. Dalam sehari, dia mampu menjual sebanyak 1.000 porsi. Untuk modal, perhari dia belanja kebutuhan bahan sebesar 300 ringgit atau sekitar Rp 840 ribu. Setelah jadi bakso bulat, Cak Mat mampu mendapatkan keuntungan dua kali lipatnya sebesar 600 ringgit atau Rp 1,6 juta perhari.
Saat berkunjung ke kampung halamannnya di Kecamatan Ujung Pangkah, Cak Mat menceritakan, awalnya dia bingung saat tiba di Malaysia. Selain hanya berbekal ijazah SD, dia juga tidak memiliki keahlian selain membuat bakso.
Ketika lulus SD tahun 1985 lalu, ia nekad merantau ke Malaysia untuk menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) lewat jalur ilegal. Untuk bisa berangkat, keluarganya menjual seekor sapi. Ia berangkat melalui tekong (penyedia jasa tenaga kerja tak resmi-Red) yang juga masih tetangganya.
Awalnya, di negeri Siti Nurhaliza ini, Cak Mat Sukadi, bekerja pada proyek pembangunan gedung sebagai kuli dengan upah 16 ringgit per hari. Namun, karena serius dan tekun, pemuda ini “naik kelas” menjadi tukang, bahkan hingga berani memborong bangunan. Profesi ini ia lakoni hingga 1997.
Setelah bekerja selama 12 tahun, dia pulang kampung selama dua bulan untuk merenovasi rumah di Canga’an. Untuk ukuran warga desa itu, rumah ia bangun terbilang bagus. Dan, setelah rumah yang dibangun rampung, ia kembali Malaysia dan mencari lagi beberapa relasinya. Sekembali dari kampung halaman, sekitar tahun 1998, dia membuka kedai bakso dan mencapai sukses dua tahun kemudian hingga saat ini.
“Saya yang hanya tamat SD saja bisa seperti ini. Makanya generasi muda sekarang harus punya semangat dan kemauan serta kemampuan agar tetap bisa bersaing,” kata Cak Mat mengakhiri pembicaraanya. (*)
 
penulis dan reporter :

Suka Makan Daging Merah?

Rabu, 04 Januari 2012

   
heurbanshogun.com
Daging merah (ilustrasi)

Doyan Daging Merah? Waspadai Risiko Tinggi Kanker Ginjal

Rabu, 04 Januari 2012 16:04 WIB
Doyan Daging Merah? Waspadai Risiko Tinggi Kanker Ginjal       Bila anda pecinta daging merah, sebaiknya kini konsumsilah dengan lebih bijak. Pasalnya studi terkini mengungkap orang yang menyantap banyak daging merah memilki risiko lebih besar terkena beberapa jenis kanker ginjal. Periset menemukan kaum dewasa di usia pertengahan yang menyantap daging merah dalam sebagian besar menunya cenderung didiagnosa dengan kanker ginjl ketimbang mereka yang mengonsumsi lebih sedikit.

Kandungan unsur kimia lebih tinggi yang ditemukan dalam daging yang dipanggang atau dibakar juga terkait dengan tingginya risiko penyakit tersebut. Studi itu dilaporkan dalam American Journal of Clinical Nutrition.

"Daging merah adalah sumber zat besi penting dan ia mengandung protein," ujar Dr. Mohammed El-Faramawi, pakar epidmiologi dari Pusat University of North Texas Health Science Center di Fort Worth, yang pernah mengkaji diet dan risiko kanker ginjal. Namun, ia tak terlibat dalam studi terbaru tersebut.

"Anda tidak dianjurkan berhenti mengonsumsi daging merah karena ada asosiasi antara daging merah dan kanker," ujarnya. Alih-alih, santaplah dalam jumlah terbatas diikuti dengan pola makan sehat yang dianjurkan. "Itu baru ide yang bagus," ujarnya

Mengonsumsi daging merah dalam jumlah besar--meski tidak selalu mengarah pada kanker ginjal--memang meningkatkan masalah kesehatan bagi pemilik tubuh, seperti sumbatan terbentuk dalam pembuluh arteri.

Lantas seperti apa studi tersebut? Dalam studi skala besar yang diterbitkan dalam jurnal tadi, peneliti memeriksa kaitan antara daging merah dan kanker ginjal. Menurut Carrie Daniel, salah satu peneliti dari National Cancer Institute di Rockville, Maryland dan koleganya, riset menghasilkan kesimpulan beragam.

Untuk mendapat gambaran jelas, mereka menggunakan data dari sebuah studi yang dilakukan terhadap hampir 500 ribu orang dewasa di AS berusia 50 tahun dan lebih. Kebiasaan dan pola makan mereka dipantau termasuk konsumsi daging harian. Peneliti mengikuti para responden tersebut rata-rata 9 tahun untuk melacak keberadaan diagnosa kanker terbaru.

Selama waktu itu, sekitar 1.800 orang--kurang dari setengah persen--didiagnosa dengan kanker ginjal.

Rata-rata, responden pria dalam studi tersebut menyantap dua hingga tiga ons daging merah per hari dibanding dengan wanita yang mengonsumsi satu hingga dua ons per hari. Partisipan dengan konsumsi daging tertinggi, sekitar empat ratus gram per hari, cenderung mengalami peningkatan risiko 19 persen dalam diagnosa kanker ginjal dibanding dengan mereka yang memakan porsi paling sedikit, kurang dari satu ons per hari.

Temuan itu muncul setelah menghitung aspek-aspek diet dan gaya hidup lain yang bisa mempengaruhi risiko kanker, seperti usia, ras, asupan buah dan sayuran, kebiasaan merokok dan minum dan kondisi medis lain seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.

Ketika periset memeriksa ke tipe kanker ginjal paling umum, mereka menemukan kaitan kian kuat antara daging merah dan kanker pada jenis kanker papilari, namun tidak ada efek untuk sel kanker ginjal.

Kemudian mereka yang meyantap daging bakar matang, sehingga terpapar dengan unsur kimia karsinogenik yang dihasilkan proses pemasakan, juga memiliki risiko tambahan mengidap kanker ginjal dibanding mereka yang jarang memasak daging dengan cara itu.

Namun studi itu sendiri tak  membuktikan secara langsung bahwa memakan daging merah atau memasak dengan cara terntu dapat menyebabkan kanker ginjal. El Faramawi pun menekankan, beberapa orang yang menyantap banyak daging tidak mengembangkan kanker, sementara kelompok yang lain bahkan kurang dalam konsumsi daging pun bisa terkena kanker.

Daniel dan koleganya menyatakan diperlukan riset lebih untuk memastikan mengapa daging merah terkait dengan kanker ginjal dan bukan yang lain.

Namun kini, materi kimia dari aktivitas memasak daging "dapat dikurangi dengan menghindarkan daging terpapar langsung pada api atau permukaan logam panas, mengurangi waktu masak dan menggunakan oven gelombang mikro untuk memasak setengah matang sebelum dipapar ke suhu tigni

"Temuan kami mendukung rekomendasi pola makan yang direkomendasikan Masyarakat Kanker Amerika untuk mencegah kanker yakni membatasi daging termasuk tipe daging olahan dan masaklah dengan memanggang dalam oven atau merebusnya.

Redaktur: Ajeng Ritzki Pitakasari, Republika.com
Sumber: health news
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. eduka_zone [ zona edukasi ] - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger